HATI – HATI ADA JEBAKAN DALAM KESENANGAN
Jika saat ini diantara kita ada yang bergelimang banyak harta dan kemewahan atau meraih tahta dan kedudukan jabatan bergengsi maka sebaiknya jangan tergesa-gesa mengucapkan alhamdulilah sebagai ungkapan rasa syukur melainkan hendaknya kita berkaca dan intropeksi diri. Sebab apabila semua itu didapat dari korupsi, suap atau cara-cara haram lainnya semua kemewahan dunia dan jabatan nyaman itu bukanlah nikmat yang harus disyukuri melainkan justru merupakan malapetaka yang harus diwaspadai.
Mengapa kita harus waspada ketika kita diberikan apa yang kita inginkan?
Sebenarnya yang tersembunyi dibalik kesenangan itu?
Dibalik kesenangan ternyata terselip azab dari Allah. Pernahkan anda melihat seseorang yang kualitas ibadahnya buruk, maksiatnya semakin banyak, tetapi rezeki diberikan melimpah ruah oleh Allah SWT seakan hidpnya terasa sangat senang dan tak pernah merasa akan kesedihan. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. Dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Ali Imran :178). Istidraj bisa terjadi pada hal apa saja, semua kenikmatan dan apapun yang disenangi oleh manusia bahkan bisa menjadi istidraj.
Lalu kapankah sesuatu bisa menjadi istidraj? Bagaimana cara kita membedakan mana karunia Allah, mana ujian , mana istidraj?
Jika ia orang yang kafir, tetapi ia selalu diberikan kelimpahan harta kesenangan dan kenikmatan duniawi. Maka itu semua semata-mata kemurahan Allah karena Dia pencipta dunia ini dan Allah menguji dengan kenikmatannya. Apabila ia terus dengan kekafirannya maka itu adalah istidraj. Namun ia adalah orang muslim maka kesenangan, keinginan dan kenikmatan dunia adalah karunia sekaligus ujian. Seperti firman Allah yang artinya: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya :35).
Jika ia lolos dari ujian ini dengan memanfaatkan harta dengan sebaik-baiknya dan menjadikan dunia sebagai sarana mencapai akherat. Maka harta menjadi keberkahan dan karunia baginya. Namun apabila seseorang muslim tak kuat jiwa dan imannya sehingga membuat dirinya lupa diri dan jauh dari Allah maka itu bisa terjadi dua kemungkinan. Apabila harta tersebut jadi musibah dan menariknya agar ia kembali kejalan yang benar itu berarti pertanda Allah masih sayang dan menghendaki kebaikan bagi dirinya.
Lalu seperti apa ciri-ciri orang yang istidraj?
Sebenernya untuk mencirikan orang-orang yang istidraj cukup mudah dan tidak sulit. Apabila ia memilki keimanan yang semakin menurun terus menerus melakukan kemaksiatan, kikir tapi harta terus berlimpah bisa saja itu ujian berupa kesenangan dari Allah SWT. Tidak hanya itu apabila kita melihat ia jarang sakit maka bisa jadi ada yang salah dari diri orang itu.
Imam Syafi’I mengatakan bahwa setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya. Jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah kebelakang mungkin ada yang salah dengan dirinya. Orang yang mengalami istidraj cirinya ia semakin sombong maka semakin kaya terbuka dunia bagi dirinya. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kamu melihat Allah memberikan kepada hamba apa yang ia mau dari kesenangan dunia sementara, ia terus menerus berbuat maksiat, maka sesungguhya itu adalah istidraj.” (HR. Ahmad).
Apabila kita merasa selalu diberikan kemudahan oleh Allah, baiknya kita bersyukur namun jangan sampai syukur itu hanya terucap dimulut saja. Karena jika kita hanya terucap tetapi maksiat selalu dilakukan maka bisa jadi itu istidraj dimana diberi kesenangan oleh Allah tetapi kita tidak mengamalkan dengan baik.
Semoga dari penjelasan tersebut kita termasuk orang-orang yang dicintai Allah, selalu diberi kemudahan dan karunia Allah SWT. Justru membuat kita semakin dekat dengan Allah. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka. Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al An’am :44)
Amin amin ya robal ‘alamin