Selasa, 17 Mei 2016

EMPAT CARA ALLAH SWT MEMBERI REJEKI

EMPAT CARA ALLAH SWT MEMBERI REJEKI

Pernahkah anda merasakan sempitnya jalannya rejeki dan lebih banyak menunggu rejeki dibandingkanber ikhtiar maksimal. Jika pernah ketahuilah bahwa menjemput rejeki Allah SWT kewajiban setiap mahluk. Yang harus kita yakini adalah semua rejeki yang ada itu berasal dari Allah SWT karena Allah memiliki sifat Ar Razaq atau Maha Pemberi rejeki. Allah memberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah melapangkan rejeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan menyempitkan (bagi siapa yang Dia kehendaki).” (QS. Ar Ra’d 26).

Namun patut kita ketahui bersama bahwa sudah diterangkan dalam Al Quran ada empat tingkatan Allah SWT memberikan rejeki kepada mahluknya, empat cara tersebut adalah sebagai berikut. Tingkatan rejeki pertama yaitu yang dijamin oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya: “Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak diatas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rejekinya.” (QS. Hud 6). Ini artinya Allah akan memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh mahluk hidup didunia ini. Ini adalah rejeki dasar sering kali diabaikan kedatangannya.

Tingkat rejeki kedua yaitu yang didapat sesuai dengan apa yang diusahakan. Allah SWT berfirman yang artinya: “Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya.” (QS. An Najm 39). Allah akan memberikan rejekinya sesuai dengan apa yang dikerjakan umatnya. Sebab Allah tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang tersebut tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri.

Tingkat rejeki yang ketiga yaitu rejeki lebih bagi orang-orang yang pandai bersyukur. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim 7). Orang yang pandai bersyukur akan dapat hidup bahagia sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses karena Allah tambahkan selalu. Itulah janji Allah SWT kepada setiap umatnya yang bersyukur.

Tingkat rejeki yang keempat yaitu rejeki istimewa dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang-orang yang bertakwa dan bertawakal pada Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaq 2-3).

Peringkat rejeki yang keempat ini adalah rejeki yang istimewa sebab tidak semua orang bisa meraihnya. Rejeki ini akan Allah berikan mungkin disaat seseorang berada dalam kondisi yang sangat membutuhkan namun tak terputus berkahnya. Rejeki setiap orang memang berbeda-beda dan cara mendapatkannyapun berbeda. Meski kita tau rejeki datangnya dari Allah SWT namun jangan sampai kita terjebak pada rejeki yang tidak diberkahi Allah SWT. Karena rejeki yang berkah adalah rejeki yang disenangi Allah SWT. Ia tidak harus banyak sebab sedikit tapi berkah lebih baik daripada yang banyak tapi tidak berkah. Tentu saja untuk mendapatkan keberkahan rejeki cara yang digunakanpun harus halal karena Allah tidak mungkin memberi rejeki yang didapat cara haram.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah 100).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidaklah sama kualitas antara rejeki haram dan halal sekalipun rejeki yang haram begitu menakjubkan banyaknya. Secara mentalis dan psikologis harta mampu mempengaruhi dihati manusia. Harta haram apapun bentuknya yang diperoleh dari hasil mencuri, merampas rejeki orang lain, menipu, korupsi, hasil suap, dan lain sebagainya akan menuntun pemiliknya untuk menjadi rakus dan kejam. Ia akan mengalami kebutaan hati nurani karena tidak mampu lagi membedakan mana rejeki yang baik dan tidak baik. Ini diibaratkan ia akan memakan apa saja yang ada dihadapannya tanpa peduli siapa pemilik makanan tersebut. Seorang yang terbiasa mengkonsumsi rejeki haram jiwanya akan merontah-rontah dan merasa tidak tenang tanpa diketahui sebabnya. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus menyeretnya kelembah yang semakin jauh lama kelamaan ia tidak merasa lagi berdosa dan kemaksiatannya berkata bohongpun menjadi akhlak.

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari berbagai kejadian dalam kehidupan yang menunjukan harta menjadi musibah dan ujian bagi pemiliknya. Maka tidak ada jalan lain untuk meraih keberkahan kecuali dengan meraih rejeki halal sekalipun sedikit dan nampak tidak berarti. Ada beberapa ciri yang menunjukan keberkahan rejeki yaitu dengan rejekinya justru membawa seseorang menjadi semakin takwa, bisa memberikan rasa aman pada dirinya dan orang disekirarnya. Bisa mengantarnya pada amal saleh dan selalu mendorong dirinya untuk terus bersyukur. Jadi marilah senantiasa meningkatkan iman dan takwa serta ibadah kita kepada Allah SWT. Insyaallah berbagai kebaikan mengalir sejalan dengan usaha kita untuk terus mendekatkan diri kepadanya diantaranya utuk meraih rejeki yang berkah. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim).

TERTUNDANYA JODOH

TERTUNDANYA JODOH

Saat usia berjalan tak lagi dihentikan namun jodoh dan pendamping hidup tak kunjung datang. Saat itu pula kegundahan hati menyelimuti diri, padahal terkadang kita merasa sudah berupaya dan berdoa agar dipertemukan dengan jodoh kita. Hingga pertanyaan nikah pun menjadi momok menakutkan saat bertemu dengan orang lain. Namun sebagaimana manusia kita tak memiliki kuasa untuk menjawab kapan jodoh itu datang. Namun jangan berkecil hati selalu ada hikmah dari setiap hal yang diberikan Allah kepada hambanya. Berikut beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari tertundanya pemberian jodoh.

Mendapat jodoh yang baik tentu menjadi harapan setiap orang, mereka diharapkan bisa dengan totalitas menjalani hidup dengan kita serta berlaku baik dan setia. Namun jodoh itu ibarat cermin, siapa yang menjadi jodoh kita adalah cerminan dari kita. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al Quran yang artinya: “Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” (QS. An Nur 26).

Jika saat ini kita belum didekatkan jodoh cobalah instropeksi diri apakah perbuatan kita telah baik atau belum. Jika kita masih banyak menyimpang dari ajaran Allah maka ada baiknya memperbaiki diri karena kabar baik dari semua ini Allah mengizinkan kita berbenah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga jodoh yang akan datang juga sama nilainya dengan kita. Karena bisa saja Allah, kita mendapatkan jodoh pada saat ini namun nilai kita masih tidak cukup mendatangkan jodoh yang baik sehingga jodoh yang datangpun mereka yang kualitas biasa saja.

Seperti kita ketahui ketika sudah menikah maka tanggungjawab lebih besar adalah untuk suami atau istri sehingga perhatian pada keluarga otomatis berkurang ketika sudah menikah. Untuk itu jika saat ini belum dipertemukan dengan jodoh berprasangka baiklah mungkin ada orang tua yang begitu membutuhkan kita. Ada adik-adik yang harus diselesaikan sekolah atau kuliahnya dengan begitu menunggu tentu tidak akan menjadi waktu yang sia-sia karena memberi dan membahagiakan mereka bernilai ibadah dan sedekah.

Ujian naik kelas, hikmah pemberian jodoh pun merupakan sebuah ujian. Ujian untuk menghadapi orang-orang yang kerap menentangnya, mengapa belum menikah, tidak hanya kepada diri seseorang yang belum menikah saja namun hal sama juga akan dihadapi oleh orang tua dan keluarga yang lain. Disinilah manusia diuji naik tingkat kekelas yang lebih tinggi, Allah hanya akan menguji kaum yang disenanginya. Jika mereka bersabar maka besarlah nikmat Allah kepadanya. Seperti dalam hadis yang berbunyi: “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah SWT bila menyenangi sesuatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi).

Belum dipertemukan jodoh mungkin menjadi hal yang menyakitkan, bahkan sebagian orang sering mengumpat dengan posisi tersebut. Namun siapakah yang paling tahu hal terbaik dari suatu barang? Tentu saja penciptanya bukan. Sama dengan manusia yang paling tau hal yang terbaik manusia tentu Allah SWT sebagai sang pencipta. Allah SWT berfirman yang artinya: “Boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu amat buruk bagimu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu. Kamu tidak mengetahui sedangkan Allah Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah 216).

Jadi jika saat kita masih belum dipertemukan jodoh ada baiknya tetap berprasangka baik dengan Allah SWT. Allah tentu paling tahu dengan kebaikan kita tidak akan mengsengsarakan hambanya sendiri diluar kemampuan hambanya tersebut. Ingat pula hal didunia ini terjadi dengan waktu-waktunya sendiri. Demikian pula dengan kedatangan jodoh yang tak kunjung datang dan bagi yang sudah dipertemukan jodoh atau yang melihat orang lain berjodoh baiknya tidak menyudutkan. Karena jodoh adalah misteri yang ditulis sendiri oleh Allah sehingga siapapun tak kuasa mendatangkan jodohnyasendiri.