Selasa, 03 Mei 2016

ASAL USUL JIN PENGGODA MANUSIA

ASAL USUL JIN PENGGODA MANUSIA

Sebagian kita beranggapan untuk apa membicarakan dunia lain atau alam gaib jika dunia kita saja sudah penuh masalah. Anggapan ini tak sepenuhnya salah, setumpuk persoalan hidup kita yang nyata didepan mata perlu mendapat perhatian lebih. Namun kita juga tak bisa menutup mata bahwa setumpuk persoalan hidup kita yang perlu mendapat perhatian itu justru sebagian kita senang mencari jalan keluarnya melalui dunia lain atau alam gaib. Meminta pertolongan pada makhluk yang tak bisa dilihat, akhirnya kita bisa melihat fakta yang sudah menjadi rahasia umum. Orang lebih senang membentengi diri dengan kekuatan gaib seperti jin, setan, iblis kepada mereka kita meminta kekayaan, meraih posisi dan mempertahankan jabatan, meraih pasangan bahkan memperebutkan pundi-pundi rejeki dalam berdagang, alam lain itulah dunia jin, iblis dan setan. Sebagai seorang muslim kita tak bisa menolak keberadaan makhluk itu karena memang mereka ada dan faktual. Allah SWT menciptakan mereka tentu ada hikmahnya.

Lalu siapakah sebenarnya mereka itu? Apa hubungannya dengan kita? Dan pantaskah kita takut pada mereka?

Badan antariksa nasional Amerika (NASA) menyebutkan bahwa usia bumi kita sekitar 12-18 milyar tahun. Sementara sejumlah riwayat menyebutkan bahwa manusia pertama atau Adam AS mulai hidup didunia sekitar 10.000 tahun silam. Ini artinya bahwa bumi telah ada jauh sebelum manusia menempati bumi. Lalu siapakah penghuni bumi kita ini sebelum Nabi Adam AS diciptakan. Ilmu pengetahuan modern tidak pernah mengungkap adanya makhluk yang menghuni bumi sebelum manusia akan tetapi sebenarnya Allah SWT dalam Al Quran telah mengisyaratkan sebuah informasi bahwa sebelum manusia, bumi telah dihuni makhluk-makhluk Allah SWT dari bangsa jin. Bangsa jin ini selalu melakukan kerusakan dan pertumpahan darah diantara sesama mereka. Hal ini bisa kita pahami dari ucapan malaikat kepada Allah SWT saat Allah memutuskan menciptakan Adam AS.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? Tuhan berfirman, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah 30).

Allah SWT kemudian mengirim para malaikat untuk mengusir bangsa jin sampai ke pulau terpencil ditengah lautan. Imam Ibnu Kasir dalam tafsirnya mengutip satu riwayat dari Abdulah Bin Umar yang mengatakan dulu bangsa jin menempati bumi ini sebelum Adam diciptakan 2000 tahun sebelumnya. Namun mereka membuat kerusakan dibumi, mereka menumpahkan darah sampai akhirnya Allah mengutus tentaranya dari kalangan malaikat untuk menyerang mereka sampai kepulau-pulau yang ada dilautan lepas. Oleh karena itu keberadaan jin dibumi kita ini merupakan fakta yang harus kita yakini bahwa mereka itu ada.

Lalu untuk apa keberadaan jin dibumi kita ini?

Allah SWT menjelaskan dalam firmannya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (QS. Adz Dzariyat 56).

Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dari unsur tanah kemudian perkembangbiakan selanjutnya diciptakan Allah dari percampuran air mani lelaki dan perempuan demikian pula dengan bangsa jin. Allah menciptakan mereka dari unsur api, api ini menurut ulama tafsir merupakan api murni. Allah berfirman: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar Rahman 14-15).

Makhluk jenis ini terkadang disebut Al Quran dengan jin, terkadang iblis dan ada pula disebut setan. Apakah mereka satu jenis atau mereka tergolong makhluk yang berbeda-beda? Iblis termasuk dari kalangan bangsa jin. Sebagaimana firman allah: “Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam. Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutlah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagi pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al Kahfi 50).

Saat Allah memerintahkan iblis bersujud kepada Adam AS, iblis menolaknya dengan dalih dirinya lebih mulia dari Adam AS. Karena ia diciptakan dari api dan Adam dari tanah, api menurunya lebih mulia dari tanah. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu aku menyuruhmu? Iblis menjawab, saya lebih baik daripadanya, engkau ciptakan saya dari api sedang dia engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al A’raf 12).

Lalu bagaimana dengan setan apakah berbeda dengan bangsa jin? Setan merupakan makhluk dari bangsa jin yang kafir. Al Hafiz Ibnu Hajar Asqolani dalam kitabnya Fathul Bari menjelaskan, jin dan setan adalah sebutan untuk satu jenis yang sama, perbedaannya terletak pada bentuk kekafiran dan keimanan mereka. Maka jin yang beriman tidak boleh disebut dengan setan. Lebih menegaskan akan fakta ini Al Quran menyebutkan bahawa: iblis termasuk golongan bangsa jin dan anak cucunya disebut setan.

Allah berfirman: “Dia adalah dari golongan jin maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Petutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripadaku. Sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al Kahfi 50).

Antara jin dan manusia secara fisik dan bentuknya serta dimensinya alamnya sangatlah berbeda namun kedudukannya dihadapan Allah SWT sama. Keduanya sama-sama diciptakan dengan satu tujuan yaitu tunduk dan untuk beribadah kepada Allah SWT. Artinya manusia dan jin sama-sama makhluk mudalat atau yang dibebani Allah untuk beribadah. Itu sebabnya tidak ada alasan bagi kita sebagai manusia untuk takut pada gangguan makhluk jin. Karena jin adalah makhluk lemah yang sama-sama diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT. Gangguan jin terhadap manusia tidak akan berakibat apapun kecuali izin dan kehendak Allah justru sebaliknya rasa takut berlebih kita pada jin akan menjadikan mereka semakin berani untuk menakuti kita.

Allah berfirman: “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin. Maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al Jin 6).

Imam Ibnu Kasir menjelaskan bahwa ayat ini mengisyaratkan akan kebiasaan kaum jahiliyah dizaman Nabi SAW apabila mereka melewati sebuah lorong lembah yang dianggap angker mereka meminta perlindungan kepada jin penguasa lembah itu. Justru sikap seperti mereka ini menjadikan jin semakin berani terhadap mereka. Ayat ini sekaligus mencela perbuatan manusia yang meminta perlindungan kepada jin. Karena sesungguhnya posisi jin dan manusia adalah sama. Sama-sama hamba Allah yang lemah dan memiliki tujuan hidup yang sama maka tidak masuk akal bila kita meminta pertolongan atau perlindungan kepada makhluk yang sama-sama lemah. Seharusnya pertolongan dan perlindungan hanya layak dimohon kepada zat yang Maha Agung dan perkasa yaitu hanya kepada Allah SWT. Itu sebabnya Rosul kita Muhammad SAW mengajarkan agar membaca doa saat memasuki rumah yang dianggap seram atau tempat yang dianggap angker. Karena hanya Allah yang dapat menyelamatkan manusia dari ketakutan apapun.

Khaulah Binti Hakim menuturkan bahwa Rasulullah bersabda:“Siapa saja yang singgah disuatu tempat maka hendaknya ia membaca: Aku berlindung kepadaMu Ya Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala keburukan apa-apa yang telah Allah ciptakan.” (HR. Muslim).

Jin dan manusia sama-sama memiliki kemampuan mendengar dan berbicara tapi beda dengan jin mempunyai kemampuan bisa melihat manusia. Sebaliknya indra kita tak mampu menangkap sosoknya, apa yang kita lakukan ditempat terbuka atau tersembunyi mereka bisa melihat kita. Oleh karena itulah kita diajarkan oleh Nabi SAW sebuah zikir yang menutupi penglihatan jin terhadap aurat kita.

Nabi SAW bersabda: “Penghalang antara mata jin dan auratnya anak Adam ketika seseorang dari mereka masuk toilet ia membaca “Bismilah”. (HR. Tirmidzi).
Dengan demikian tidak benar jika ada orang yang bercerita melihat jin dalam bentuk dan wujud aslinya. Apakah dengan demikian kita tidak bisa melihat wujud asli bangsa jin? Persoalan ini sebenarnya telah diisyaratkan dalam Al Quran. “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”(QS. Al A’raf 27).

Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa berdasarkan ayat inilah Ibnu As Syafi’i membantah pengakuan orang-orang yang mengaku pernah melihat bentuk asli jin. Imam Syafi’i menegaskan siapa saja yang mengira dirinya melihat jin kesaksianya tidak bisa diterima. Namun para ulama menjelaskan bahwa hanya Nabi kita Muhammad SAW yang diberikan kekhususan mampu dan bisa melihat jin dalam bentuk aslinya. Abu Hurairah menuturkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya malam tadi jin ifrit menyerangku, supaya shalatku menjadi putus. Lalu Allah memberikanku kemampuan mengalahkannya maka aku menangkapnya dan aku mau mengikatnya disalah satu tiang masjid agar kalian semua bisa melihatnya. Namun kemudian aku teringat dengan permohonan saudaraku Nabi Sulaiman yang pernah berdoa: Ya Allah berikanlah kepadaku kekuasaan yang tidak akan pantas dimiliki oleh siapapun setelahku.” (HR. Bukhari).

Imam Al ‘Aini dalam kitab Umdatul Qari menegaskan bahwa kemampuan Nabi SAW melihat jin ifrit dalam bentuk aslinya adalah jenis keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi SAW. Seperti halnya Rasulullah SAW diberikan kekhususan dapat melihat malaikat jibril dalam wujud aslinya. Nabi Muhammad SAW diutus sebagai penyampaikan risalah Allah kesegenap bangsa jin dan manusia dan sampai detik inipun bangsa jin wajib menjaankan syariat islam sama seperti kita. Hal ini sudah sebagai kesepakatan atau ijma para ulama. Kesepakatan ini berdasarkan sabda Rasul SAW: “Sesungguhnya tak satu apapun yang ada diantara langit dan bumi kecuali ia mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah seorang Nabi kecuali pendosa dari bangsa jin dan manusia.” (HR. Ahmad).

Namun dalam menyikapinya kaum jin tidak jauh berbeda dengan kita diantara mereka ada yang kafir ada yang beriman. Dan bahkan ada sosok jin yang saleh, sementara sebagaimana disebutkan dalam Al Quran: “Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. Al Jin 11).

Seperti halnya kita, bangsa jin juga bisa mendengar bacaan Al Quran bahkan mereka terkagum-kagum saat mendengarkan Al Quran dibacakan. Allah SWT menceritakan sekelompok jin yang terkesima dengan bacaan Al Quran dalam firmannya: “Katakanlah (hai Nabi Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasannya: “Telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran) lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar Al Quran yang menabjubkan. (Yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami.” (QS. Al Jin 1-2).

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan karena hal yang sangat luar biasa. Bangsa jin yang sebelumnya bebas berkeliaran menembus langit bisa mencuri berita-berita dari langit, tiba-tiba terhalang. Abdullah Bin Abas menuturkan bahwa Nabi SAW pernah bersama para sahabatnya berangkat menuju pasar ukas, saat itu setan telah dihalangi dari berita-berta langit, telah dikirim bintang kepada setan sebagai penghalang. Maka setan-setan kembali menemui kembali kaumnya lalu kaumnya berkata, apa yang terjadi katanya. Setan-setan menjawab, telah ada penghalangan dari kami dan berita-berita langit dengan dengan dikirimkan bintang. Kaumnya berkata tidak ada penghalang antara kalian dan berita-berita langit kecuali ada sosok suatu yang terjadi. Pergilah kalian keseluruh penjuru timur bumi dan baratnya, lalu perhatikanlah apa penghalang yang ada diantara kalian dan berita-berita dari langit. Maka berangkatlah setan-setan yang ada didaerah mihama untuk mendatangi Nabi SAW. Saat itu para sahabat sedang berada dipasar ukas, ketika Rasul dan para sahabat sedang melaksanakan shalat subuh, setan-setan datang mendengar bacaan Al Quran. Mereka menyimak jalan-jalan yang benar lalu kami beriman kepadanya dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorang dengan Tuhan kami. (HR. Bukhari).

Hubungan jin dengan Al Quran sudah lama terjalin hingga hari ini bahkan sampai kiamat nanti. Semua ini adalah mukjizat Al Quran yang diberikan hanya pada Nabi Muhammad SAW. Inilah isyarat yang ditunjukan Allah dalam firmannya: “Dan (ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran. Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: Diamlah kamu (untuk mendengarnya), ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS. Al Ahqaf 29).

Kedatangan sekelompok jin pada Nabi SAW menunjukan akan jangkauan akan ke Nabian beliau emban bahwa Nabi Muhammad SAW telah diutus kepada jin dan manusia. Oleh karena itu sekalian jin dan manusia memilki sama-sama tujuan yang sama beribadah kepada Allah. Tidak ada utusan Allah dari bangsa jin. Didalam kitabnya Imam Al Qurtubi menegaskan sesungguhnyapara rasul hanya dari bangsa manusia dan bukan dari jin. Penegasan ini juga oleh Imam Ibnu Kasir dalam tafsirnya dlam surat Al Ahqaf ayat 29 bahwa Nabi hanya diangkat dari manusia. Sedangkan bangsa jin hanyalah ada seorang yang memberi peringatan kepada sesama jin tidak ada Rasul dari kalangan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar