Sabtu, 09 April 2016

KASUS KEJAHATAN PERTAMA YANG DIADILI DIHADAPAN ALLAH

KASUS KEJAHATAN PERTAMA YANG DIADILI DIHADAPAN ALLAH

Tidak hanya di film-film Hollywood saja terjadi kasus yang menjadi misteri baik itu motif atau siapa pelaku atas berbagai kasus-kasus yang menjadi misteri tak terpecahkan. Hingga kini tidak hanya di komik detektif conan saja terjadi kasus pembunuhan dengan cara diracun, di Indonesia pun kasus pembunuhan dengan cara diracun semacam ini pernah terjadi.

Berikut adalah beberapa kasus pembunuhan di Indonesia yang hingga kini tetap menjadi misteri dan belum tuntas penyelesaiannya baik secara hukum maupun keadaan fisik atau siapa pelaku sebenarnya.

Kasus Wayan Mirna Salihin baru-baru ini kita dibingungkan dengan kasus kopi beracun misterius. Wayan Mirna Salihin alias Mirna meninggal dunia usai meminum kopi Es Vietnam di restoran Oliver. Sebelumnya mirna merasa ada yang aneh pada kopinya tersebut, bahkan manajer kafe dan salah satu pelayan menyicipi kopi yang diminum mirna, mereka mengaku hanya menyicipi seteguk saja namun lidah langsung terasa kebas dan panas. Manajer kafe mengaku tangannya mati rasa selama setengah jam sedangkan pelayan kafe mengalami mutah-mutah.

Sebelum meninggal Mirna sempat dibawa ke klinik pusat perbelanjaan terkenal tersebut, lalu dirujuk ke rumah sakit Abdi Waluyo Menteng Jakarta Pusat.
Mirna meninggal dunia usai mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut. Polisi menemukan ada kandungan zat beracun sianida dalam kopi Es Vietnam yang diminum Wayan Mirna Salihin di restoran Oliver tersebut.

Kandungan sianida dalam kopi tersebut mencapai 15 gram yang merusak lambung Mirna hingga menyebabkan dirinya tewas. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal mengatakan pihaknya saat ini menyelidiki siapa pelaku yang memasukan zat mematikan itu didalam kopi diminum Mirna.

Kisah mirna mengingatkan kita dengan kasus Munir yang belum terpecahkan hingga saat ini yang meninggal akibat diracun. Kasus Munir dalam kronologi kasus pembunuhan aktivis HAM tersebut disebutkan bahwa Munir akan meneruskan S2 nya di Utrecht Belanda. Munir bertemu dengan Pollycarpus orang pilot yang sedang tak bertugas dan Pollycarpus melewatkan pada Munir untuk bergantian tempat duduk pesawat dimana Munir menempati kursi Pollycarpus ditempat bisnis, dan Pollycarpus menempati kursi Munir dikelas ekonomi.

Saat pesawat lepas landas flight attendant membagikan makanan dan minuman kepada para penumpang. Munir memilih mie goreng dan jus jeruk sebagai minumannya. Dalam perjalannya dari Singapura menuju Belanda Munir meminta pada flight attendant Tia segelas teh hangat, dan Tia pun menyajikan segelas teh hangat yang dituangkan dari teko ke gelas diatas troli dilengkapi gula sachet. Dua jam sebelum pesawat mendarat mulut munir mengeluarkan air yang tidak berbusa dan telapak tangan yang membiru. Awak pesawat mengangkat tubuh munir, memejamkan matanya dan menutupi tubuh Munir dengan selimut.

Munir meninggal dunia dipesawat diatas langit Negara Rumania. Setelah dilakukan penyelidikan termasuk oleh pihak otoritas Belanda ditemukan bahwa didalam tubuh Munir ditemukan kandungan racun arsenic sebanyak 460 miligram didalam lambungnya dan 3,1 miligram didalam darahnya. Apapun itu penyebab kematian aktivis HAM tersebut hingga kini kasus tersebut belum tuntas mengusut siapa pelaku sebenarnya dan apa motifnya.

Walaupun ada beberapa orang yang dijatuhi vonis oleh pengadilan, namun Suciwati selaku istri Munir tetap mera tidak puas dan meminta pemerintah mengusut secara tuntas kematian suaminya. Lepas dari apa motif siapa pelaku dibalik dua kasus tersebut, dalam islam pembunuhan adalah perbuatan manusia yang pertama kali dihisab.

Rasulullah SAW bersabda: “Suatu (sengketa) diantara manusia yang pertama kali dituntaskan (pada hari kiamat) adalah soal pembunuhan.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi).

Pernyataan tersebut dikuatkan lagi oleh sabda Rasulullah SAW seperti berikut ini: “Amalan yang pertama kali dihitung pada diri seorang hamba adalah shalat, sedangkan perbuatan yang pertama kali diadili adalah pembunuhan.” (HR. Imam An Nasa’i).

Sedangkan mengenai kasus pembunuhan yang masih misterius Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang dibunuh (di hari kiamat) akan datang bersama orang yang membunuhnya, sedangkan uban-uban dan kepalanya serta urat lehernya masih berlumuran darah sambil berkata, Tuhan orang inilah yang telah membunuhku, sehingga ia mendekat pada Arsy.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menjelaskan bahwa pada hari pembalasan nanti orang yang dibunuh akan mengadu kepada Allah SWT tentang siapa orang yang membunuhnya.sedang orang yang membunuh diikat urat lehernya dan akan memberi keterangan pada hari itu.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya. Maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam 59).

Jumat, 08 April 2016

JANGAN MENCELA MAKANAN

JANGAN MENCELA MAKANAN

Tentu kita tidak menyangkal bahwa kenikmatan Allah SWT tiada terkira. Bahkan makanan minuman sangat bervariasi sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk menghargai nikmat-nikmat tersebut dan mensyukurinya. Kendatipun makanan yang tersedia sepele celaan tidak layak muncul dari bibir seorang muslim.

Demikian juga ketika makanan atau minuman tidak menggugah selera atau mengundang ketidaksukaan karena cita rasanya yang kurang tajam, bentuknya yang tidak menarik atau bahan-bahan yang dirasa tidak bergizi. Namun cacian tetap saja tidak sepantasnya dikeluarkan.

Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan, keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam masalah ini. Beliau tidak pernah mengeluarkan komentar miring sekalipun terhadap masakan atau makanan yang tidak disukanya. Dari Abu Hurairah ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makan sama sekali, jika beliau selera maka beliau memakannya dan jika tidak selera maka beliau tinggalkan.” (HR. Ahmad 9755, Bukhari 3563 dan Muslim 5504).

Jangan berfikir mencela makanan hanya terkait penilaian enak, tidak enak, menjijihkan atau komentar miring lainnya. Ternyata lebih dari itu sebatas menyebut asin, kurang asin, kemanisan, kecut dan lain sebagaina. Yang umum di masyarakat kita ternyata masuk dalam cakupan hadis, Imam An Nawawi menjelaskan hadis ini sebagai berikut: “Tidak mencela makanan termasuk adab makan yang ditekankan. Dan mencela makanan yaitu seperti ia berkat: “Ini keasinan”, “Kurang asin”, “kecut”, “Terlalu lembut”, “masih kasar”, “belum masak”, dan yang semisalnya.” (Al Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14/26).

Meskipun dalam kondisi secara normal umumnya manusia mengomentari makanan, namun Nabi Muhammad SAW tetap istiqomah tidak mengomentarinya.

Ini kita bisa terlihat ketika beliau disuguhi daging dhob. Ibnu Abas mendapatkan informasi dari Khalid Bin Walid bahwasannya Khalid pernah bersama Nabi Muhammad SAW menemui Maimunah atau istri Nabi, dan maimunah adalah bibinya Khalid dan bibinya Ibnu Abas. Ketika itu dirumah Maimunah ada daging dhob  atau kadal gurun yang dipanggang lalu dhob itupun dihidangkan kepada Nabi Muhammad SAW namun Rasulullah SAW tidak mau menyentuh dhob. Khalid bertanya: “Apakah dhob itu haram ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak, namun dhob ini tidak ada dikampungku, sehingga aku kurang berselera.” Khalid berkata: “Akupun mengambilnya lalu menyantapnya dan Rasulullah SAW hanya memandangku.” (HR. Bukhari 5391).

Mungkin bagi orang biasa ia bisa menjawab dengan sedikit komentar miring seperti saya jijik, saya enek, ngeri dan sejenisnya. Namun Nabi Muhammad SAW tidak melakukan sikap tersebut meupakan keagungan dan keluhuran akhlak Rasulullah SAW.

Beliau menghormati perasaan orang yang memasak atau orang yang membuatnya. Rasulullah SAW tidak suka mencela hasil kerja orang yang membuatnya, karena dapat menyakiti hati yang membuatnya. Disisi lain tidak menutup kemungkinan ada orang lain ada yang menyukai makanan tersebut. Hadis tersebut juga mengajarkan sikap satria dalam menghadapi makanan yang tidak disuka yaitu dengan cara menyentuh dan mennggalkannya.

Selain itu bentuk penghargaan lain terhadap makanan walaupun tidak selalu dilakukan yaiu Rasulullah SAW memuji makanan-makanan. Terdapat suatu riwayat beliau bertanya kepada keluarganya tentang lauk yang tersedia, keluarga beliau menjawab: “Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali cuka.” Maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas berkat: “Sebaik-baiknya lauk adalah cuka.” (HR. Muslim).

Pujian sebagaimana hadis tersebut bisa bermakna pujian kepada objek makanan, bisa ditunjukan untuk menghibur keluarga. Tetapi tidak mengurangi peran penting cuka yang memang memiliki banyak manfaat, begitulah sekelumat kisah Rasulullah SAW berkaitan dengan makanan yang menjadi kebutuhan penting bagi keberlangsungan hidup manusia.

Beliau tidak mencela dan selalu bersikap qona’ah atau menerima dengan apa yang tersedia untuk bisa seperti beliau memang tidak sepenuhnya mungkin. Namun setidaknya kita bisa, jadikan beliau sebagai standar akhlak yang terpuji yang untuk bisa sampai pada tingkatan itu tentu kita butuh belajar terus menerus.

Semoga Allah membimbing kita untuk lebih mudah mengikuti sunah-sunah beliau.

Kamis, 07 April 2016

KISAH HIDUP SITI KHODIJAH

KISAH HIDUP SITI KHODIJAH

Para wanita muslimah hendaknya mengambil contoh dan teladan dari tokoh-tokoh wanita dunia yang telah mendahului mereka. Khususnya tidak disanksikan lagi keshalehannya dan telah diberikan kabar gembira oleh Allah SWT dengan surga. Mempelajari sirah dan perjalanan mereka adalah sangat penting karena dengannya dapat menatap kedepan, menempuh kehidupan yang lebih sempurna dan kebahagiaan didunia dan akhirat. Salah satu tokoh wanita yang patut dijadikan suri teladan para wanita muslimah sekarang adalah siti khodijah. Istri Rasulullah SAW, khodijah adalah seorang wanita yang pertama kali memeluk islam dan salah satu wanita yang terkemuka didunia.

Rasulullah SAW bersabda: “Para wanita penghuni surga setelah Maryam adalah Fatimah, Khodijah dan istri Fir’aun.” (HR. Ahmad).
Khodijah merupakan sosok pertama yang mendapat salam dari Allah SWT melalui malaikat jibril.

Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW: “Wahai khodijah, ini malaikat jibril telah datang dan menyuruhku untuk menyampaikan salam dari Allah kepadamu dan memberikan kabar gembira kepadamu dengan rumah yang terbuat dari kayu tidak ada keributan dan rasa capai didalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Setelah mengetahui bahwa khodijah adalah wanita ahli surga dari hadis tersebut.

Kita sebagai wanita muslim pada abad ini harus mencari sebab musabab mengapa khodijah menjadi ahli surga?

Rahasia yang menjadikan khodijah masuk surga ternyata telah diungkapkan sendiri oleh Rasulullah SAW dalam suatu hadisnya. Tepatnya pada suatu hari Aisyah merasa cemburu dengan khodijah yang walupun sudah lama meninggal akan tetapi Rasulullah SAW masih saja terus mengingat-ingat kebaikannya. Ketika itu Aisyah berkata kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah bukankah Allah SWT telah menggantikannya dengan istri lebih muda dan lebih baik darinya? Mendengar pernyataan tersebut Rasulullah menjadi murka seraya bersabda: “Tidak, demi Allah, tidak ada yang bisa menggantikannya. Dia beriman kepadaku disaat kebanyakan orang mengkhafiriku, Dia membenarkanku pada saat mereka mendustakanku, Dia membantuku dengan hartanya ketika mereka meninggalkanku dan darinya dikaruniani keturunan pada saat istri-istriku yang lain tidak bisa mempunyai anak.” (HR. Ahmad no 24864 dan dishahihkan oleh para petahqiq musnad ahmad). Dari hadis tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Rasulullah SAW telah menerangkan 3 jenis muslim sejati yang terdapat pada sosok khodijah yang menyebabkan khodijah masuk surga.

Lalu apa sajakah 3 hal tersebut?

Mempunyai keimanan yang tangguh, keimanan yang tangguh ini mempunyai beberapa ciri diantara: pertama keimanan tersebut tumbuh dari kesadaran atas dasar ilmu bukan dari ikut-ikutan atau takut dikucilkan. Hal ini terlihat jelas ketika khodijah telah berani menyatakan keimanannya kepada Nabi Muhammad SAW disaat orang lain menghindar dan mengkhafirinya.

Kedua mendukung orang-orang yang membawa kebenaran, siapapun tanpa pandang bulu, sekalipun dia bukan dari golongan atau kelompoknya. Dan yang ketiga diyakini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang selalu menyebarkan kebenaran dan berbuat baik kepada orang lain.

Terlihat jelas pada diri siti khodijah ketika Rasulullah SAW pulang dari gua hira dalam keadaan takut dan cemas setelah ditemui malaikat jibril beliau mengatakan kepada siti khodijah selimutilah saya, selimutilah saya, selimutilah saya. Melihat keadaan suaminya seperti itu siti khodijah mempunyai keimanan yang tangguh tidak lantas ikut panik dan menjerit-jerit tetapi tetap tegar dan mengatakan: “Sekali-kali tidak! Demi Allah. Sekali-kali Allah tidaklah akan menghinakan kamu selamanya. Sesungguhnya anda benar-benar orang yang suka menyambung tali persudaraan, menghormati para tamu, menganggung orang-orang yang membutuhkan, berusaha memenuhi kebutuhan orang-orang yang tidak mampu dan membantu orang-orang  yang ditimpa musibah.” (HR. Al Bukhari no 3 dan Muslim no 160).

Menginfakkan hartanya untuk sebuah perjuangan, sebab kedua yang mengantarkan siti khodijah sebagai penghuni surga adalah keikhlasannya dalam menginfakkan hartanya dijalan Allah demi tegak dan tersebarnya islam. Banyak contoh serupa yang menguatkan perkataan tersebut bahwa infak dijalan Allah adalah suatu jalan yang mengantar seseorang untuk masuk surga. Ini juga terlihat dengan jelas pada diri sahabat abu khalifah ke tiga Usman Bin Afan yang menginfakan seagian hartanya untuk biaya perang fisabilillah.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan RasulNya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat 15).

Membuat ridha suami, sebab terakhir hal ini khodijah mempu memberikan perhatian, kecintaan, keturunan bagi suaminya. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa khodijah tidak bersuara diatas suara suaminya. Yang jelas khodijah telah mengetahui kadar keagungan suaminya dan memberikan terbaik keagungannya. Itulah jati diri seorang muslimah sejati yang semuanya ada didalam sosok wanita siti khodjah. Semua hal ini bisa menjadi cermin diri kita semua tidak hanya wanita dari semua kalangan muda hingga yang tua, dari wanita hingga pria.

Rabu, 06 April 2016

MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW

MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW

Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (hari) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (mendatangkan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab 21).

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa mereka yang meneladani Rasulullah SAW adalah mereka yang lurus taufiknya kepada Allah. Mereka yang selalu mengharapkan keridhaan Allah dan balasan terbaik diakhir kelak. Dan mereka yang menghiasi hari-harinya banyak mengingat Allah SWT.

Akhlak yang mulia merupakan pilar kejayaan suatu umat terbukti dengan sempurnanya akhlak kaum muslimin dibawah binaan Rasulullah SAW. Agar orang-orang sekelilingnya mau mengikuti, beliau menerapkan akhlakulkarimah terlebih dahulu pada dirinya.

Diantaranya akhlakkulkarimah sudah Rasulullah SAW contohkan bahkan jauh sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul. Sifat jujur, amanah, cerdas, bertanggungjawab serta mampu menjauh dari hal yang sia-sia dapat melahirkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat sekitarnya hingga beliau diberi gelar Al Amin. Hal tersebut tidaklah berubah bahkan setelah beliau diangkat sebagai nabi dan rasul.

Sebuah hadis diriwayatkan bahwasanya Rasulullah itu pendiam sampai ia perlu bicara, ia ramah kepada setiap orang, beliau tidak pernah mengucilkan seorangpun dari pergaulannya, beliau mengharmati yang terhormat pada setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaga kaumnya. Beliau selalu bersikap hati-hati dalam berperilaku sopan untuk menunjukan wajah yang ramah pada mereka. Beliau suka menanyakan keadaan pada sahabat-sahabatnya dan keadaan orang-orang disekitar mereka, misalnya keluarganya atau tentangganya. Dalam berkeluarga Rasulullah tidak malu untuk turun tangan untuk meringankan pekerjaan istri.

Sebuah hadis dari Aisyah: Beliau sering membantu istrinya. Bila datang waktu shalat. Beliau pun keluar untuk mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi untuk meraih ridha Allah SWT. Menerapkan akhlakulkarimah dalam proses bekerja dan bahkan Rasulullah dengan cara melakukan yang terbaik, professional dan tidak asal-asalan. Seperti ketika beliau berdagang beliau bersedia menjelaskan dengan jujur harga barang dan menjualnya dengan harga tidak jauh berbeda. Rasulullah menjadikan bekerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan.

“Setiap umatku masuk surga selain yang enggan.”Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah lantas siapa yang enggan? Rasulullah menjawab: Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR. Bukhari no 6737)

Dengan hadirnya bulan rabiulawal yang mana adalah bulan Rasulullah dilahirkan, ada baiknya kita semua tidak hanya sekedar merayakannya. Alangkah baik membuat bulan ini sebagai pengingat bagi kita semua akan pentingnya meneladani akhlak Rasulullah sebagai contoh serta menerapkannya dalam kehidupan yang kita jalani.

Selasa, 05 April 2016

KENAPA BIDADARI SURGA MENGUTUK PARA ISTRI?

KENAPA BIDADARI SURGA MENGUTUK PARA ISTRI?

Al Quran yang mulia seringkali menyebutkan kenikmatan yang Allah janjikan pada hambanya yang mana akan diperoleh nanti disurga. Surga adalah tempat dialam akhirat penuh dengan keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemuliaan. Disanalah tempat segala keindahan dan kesenangan yang belum pernah kita lihat dan belum pernah kita nikmati didunia. Karena itulah dalah surat Al Kahf ayat 31 dikatakan bahwa surga adalah sebaik-baiknya pahala dan merupakan tempat istirahat yang indah.

Sedangkan Allah juga menegaskan firmannya yang artinya: “Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.” (QS. Al Furqan 24). Dari sepenggal firman Allah terseut dapat disimpulkan betapa indahnya surga itu dimana hamba Allah yang dicintai berkumpul dan mendapat banyak kenikmatan berbagai hidangan lezat dan menggiurkan serta hidup kekal ditemani bidadari-bidadari surga.

Terkait dengan bidadari surga, sebenarnya Allah SWT telah lama mempersiapkan para bidadari cantik ini yang kelak menemani seorang lelaki muslim. Dalam sebuah ayat Allah juga dijelaskan bahwa kecantikan bidadari surga ini tak tertandingi oleh jagad alam semesta serta isinya. Begitu indah dan cantik wanita penduduk surga diciptakan Allah SWT. Mereka diciptakan dalam bentuk dan sifat yang sempurna dan tidak dapat binasah.

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan mereka (wanita surga) dengan langsung dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah 35-37).

Apa tugas bidadari surga ini? Lantas mengapa bidadari surga bisa mungutuk istri didunia?

Para bidadari cantik yang diciptakan Allah disurga ternyata memilki tugas menunggu. Siapa yang ditunggu oleh bidadari surga? Tak lain tak bukan adalah menunggu suaminya yang merupakan seorang laki-laki shaleh yang senantiasa melakukan kebajikan selama didunia. Sebelum datanya kiamat kabarnya mereka juga selalu mendoakan atas suatu kebaikan bagi calon suaminya nanti. Tidak hanya mendoakan untuk calon suami kelak, para bidadari surga juga mendoakan para istri yang menjadi pasangan calon suaminya didunia. Namun doa yang dipanjatkan oleh bidadari surga hanya berlaku bagi seorang istri yang durhaka dan selalu menyakiti hati suaminya yang taat kepada Allah SWT.

Sebagaimana sebuah hadis Muaz Bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda: “Jika seorang istri menyakiti suaminya didunia, maka calon istrinya diakhirat dari kalangan bidadari akan berkata: janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah mencelakakanmu sebab ia hanya sementara berkumpul denganmu. Sebentar lagi ia akan berpisah dan akan kembali kepada kami.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Tersirat dari hadis tersebut para bidadari sebenarnya memberikan nasihat dan peringatan bagi para wanita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan suaminya. Dan jangan sekali-kali menentang perintah baiknya dan bahkan tega melukai hati suaminya yang shaleh.

Lantas apa yang harus dilakukan oleh para istri didunia agar tidak didoakan keburukan?

Kita tidak dapat menyalahi kodrat bahwa memang seorang wanita itu identik dengan banyak bicara. Akan tetapi apabila menjadi seorang istri maka sebaiknya menjaga lisan didepan suami maupun orang lain. Karena Allah SWT berfirman yang artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf 18).

Mungkin banyak diantara kita kaum istri yang tanpa sadar mengeluarkan ucapan paling menyinggung atau meukai harga diri suami. Bahkan mungkin secara tak sengaja telah menukai suami kita sendiri.

Patuh pada perintah suami melayani suami dengan baik, sayang dengan keluarganya serta mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya itu ciri seorang istri yang shalehah. Selain itu menjadi istri yang shalehah itu kita telah menjadi lebih baik dari perhiasan dunia.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri yang shalehah.” (HR. Muslim).
Bidadari surga yang cantik yang memiliki tugas menunggu calon suaminya kelak mereka juga berdoa untuk calon suaminya dan berdoa untuk istri calon suaminya didunia. Namun doa bidadari untuk istri hanya bila istri menyakiti hati calon suaminya. Tetapi sebagai istri jangan bersedih hati, karena itu dapat memacu kita seorang istri yang baik didunia maupun akhirat.

Sehingga insyaallah kelak di akhirat pun dapat berkumpul dengan kekasih hati disurga.

Senin, 04 April 2016

HUKUM MEMBACA AL QURAN DENGAN GADGET

HUKUM MEMBACA AL QURAN DENGAN GADGET

Apa bedanya mengaji di Al Quran dengan di gadget?

Sebagai umat islam tentu kita mengenal kitab suci Al Quran yang diwahyukan pada Rasulullah SAW sebagai kitab suci terakhir dari Allah SWT bagi umat islam. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan kami turunkan kepadamu Alkitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An Nahl 89).

Mengaji atau membaca Al Quran ialah salah satu cara bagi kita untuk mendulang pahala dan rahmat sebanyak-banyaknya dari Allah SWT. Maka tidak heran jika kita merasa rugi melewatkan waktu begitu saja tanpa membaca Al Quran. Dengan kemajuan teknologi banyak orang yang mengaji melalui gadget dan perangkat elektronik lainnya.

Namun apa bedanya mengaji di Al Quran dengan gadget?

Karena rasa cinta kita kepada agama islam dan keinginan untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Maka kitapun senantiasa membaca Al Quran dimanapun dan kapanpun. Namun karena beberapa kondisi mungkin kita tidak dapat membaca Al Quran melalui mushaf.

Seperti contohnya pada wanita yang sedang datang bulan tetapi ingin membaca Al Quran oleh karena itu didukung teknologi di era modern telah tercipta smartphone atau HP yang didalamnya bukan hanya terdapat perangkat komunikasi tetapi juga aplikasi Al Quran di smartphone tersebut. Maka sangat memungkinkan bagi wanita yang sedang datang bulan untuk membaca Al Quran. Selain wanita yang sedang datang bulan tentu banyak dari kita memanfaatkan smartphone untuk membaca Al Quran. Karena dinilai praktis dan dapat dilakukan dimana saja.

Tetapi bagaimana hukumnya mengenai hal tersebut?

Syaikh Abdul Rahman Bin Nasir Al Baroq pernah ditanyai mengenai hukum membaca Al Quran melalui smartphone tanpa bersuci dahulu. Beliau menjawab telah diketahui bersama bahwa membaca Al Quran diluar kepala tidaklah disyaratkan ia bersuci dari hadas kecil maupun besar. Tetapi membaca Al Quran daam keadaan bersuci maupun diuar kepala adalah lebih diutamakan karena ia merupakan kalam Allah dan dianatara kesempurnaannya tidaklah membacanya kecuali keadaan bersuci.

Dari sini maka smartphone atau alat-alat sejenisnya yang direkam didalamnya Al Quran tidaklah mengambil hukum mushaf karena keberadaan huruf-huruf Al Quran didalam alat tersebut berbeda dengan keadaan huruf-huruf didalam mushaf. Oleh karena itu dibolehkan baginya untuk menyentuh handphone atau kaset yang didalamnya ada rekaman Al Quran serta dibolehkan membacanya walaupun tanpa bersuci. Berbeda dengan membaca Al Quran di mushaf yang dimana kita harus mensucikan diri lebih dahulu.

Adapun perbedaan ialah membaca Al Quran di mushaf akan membuat kita lebih fokus karena mushaf hanya berisi ayat-ayat Al Quran saja. Namun jika membaca di gadget akan banyak aplikasi dan notifikasi pesan singkat yang mengganggu konsentrasi membaca Al Quran. Jika ada mushaf dan Al Quran dalam gadget sebaiknya kita memilih mushaf. Namun jika hanya terdapat gadget yang didalamnya terdapat Al Quran itupun kita dapat pilih asalkan kita tepap membaca firman-firman Allah SWT.

Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoanNya kejalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya dengan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al Ma’idah 15-16).

Minggu, 03 April 2016

ADAB DALAM MEMINTA TOLONG

ADAB DALAM MEMINTA TOLONG

Sebagai makhluk sosial merupakan suatu hal yang lumrah jika kita membutuhkan pertolongan orang lain. Terlebih lagi kepada Allah SWT karena kita tidak mungkin dapat bertahan hidup seorang diri didunia ini. Dalam islam sendiri meminta pertolongan disebut isti’anah dan ternyata berbagi dalam beberapa macam. Diantaranya:

Yang pertama adalah isti’anah atau meminta tolong kepada Allah SWT yaitu meminta tolong mengandung kesempurnaan sikap merendahkan diri dari seorang hamba kepada tuhannya. Menyerahkan seluruh perkara kepadanya serta meyakini bahwa hanya Allah lah yang bisa memberi kecukupan kepadanya.

Meminta tolong tolong seperti ini tidak boleh diserahkan kecuali kepada Allah SWT seperti dalam firmannya yang artinya: “Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah :4).

Karenanya memalingkan isti’anah kepada selain Allah merupakan perbuatan kesyirikan yang mengeluarkan perlakuannya dari agama.

Selanjutnya isti’anah atau meminta tolong pada makhluk yang masih hidup dan ada ditempat, tapi pada perkara yang tidak mampu melakukannya maka hukumnya perbuatan ini sia-sia dan tidak ada gunanya. Contohnya meminta tolong pada orang yang lemah untuk mengangkat sesuatu yang berat. Sebaliknya adapula isti’anah atau meminta toong pada orang-orang yang mati secara mutlak yakni baik yang telah mati itu adalah nabi atau wali atau apalagi selain mereka. Meminta tolong jenis ini adalah kesyirikan karena dia tidak mungkin melakukannya kecuali dia meyakini orang-orang ini mempunyai kemampuan bersembunyi dalam mengatur alam. Dengan jelas meminta tolong seperti ini adalah haram dan merupakan kesyirikan.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu: dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.” (QS. Fathir 13-14).

Selanjutnya isti’anah dengan perkara amal-amal sholeh dan keadaan-keadaan yang dicintai Allah. Isti’anah jenis ini disyariatkan berdasarkan perintah Allah dalam firmannya yang artinya: “Minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah 153).

Dan yang terakhir isti’anah atau meminta tolong kepada orang lain dalam perkara yang ia mampu lakukan. Hukum bagi isti’anah jenis ini tergantung pada perkara yang dimintai pertolongan padanya. Jika perkara tersebut kebaikan maka boleh dilakukan oleh orang meminta tolong dan yang dimintai tolong disyariatkan untuk memenuhinya. Hal ini berdasarkan firman Allah yang artinya: “Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa.” (QS Al Maidah 2).

Namun jika permintaan tolongnya dalam perbuatan dosa maka hukumnya haram bagi yang meminta tolong dan juga haram bagi yang memberi pertolongan. Seperti dalam firman Allah yang artinya: “Dan janganlah kalian tolong meneolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah 2).

Adapun jika perkara mubah maka itu boleh dialakukan bagi yang meminta pertolongan dan bagi yang dimintai pertolongan bahkan orang yang menolong bisa jadi akan mendapatkan pahala karena berbuat baik pada orang lain dan jika demikian keadaanya maka justru menolong ini disyariatkan dirinya.

Berdasarkan firman Allah yang artinya: “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah 195).

Namun meminta tolong tidak hanya sekedar meminta karena dalam islam kita harus memperhatikan adab atau tata cara meminta tolong. Seperti apa?

Seorang muslim yang beriman memang disyariatkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Namun bukan berarti setiap saat kita boleh terus menerus meminta bantuan kepada orang lain. Karena disamping diperintahkan untuk saling tolong menolong kita juga diperintahkan untuk menjadi muslim yang kuat. Ada 2 syarat utama dalam islam ketika kita meminta tolong kepada manusia.

Yang pertama adalah yang diminta pertolongan harus memiliki kemampuan. Kemampuan disini adalah kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Karena manusia sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah dan memiliki banyak kekurangan, hanya Allah lah yang Maha Kuasa untuk mengabulkan segala permintaan hambanya.

Syarat kedua untuk meminta tolong adalah hadir atau berstatus hadir, maksud disini adalah orang tersebut ada dihadapan kita sehingga dapat mengutarakannya. Bisa juga orang yang kita mintai pertolongan terhalang jarak antara kita. Kita bisa memintanya melalui sarana komunikasi.

Disamping syarat utama tadi ada beberapa hal yang harus diingat dan diperhatikan ketika kita meminta bantuan kepada orang lain untuk menjaga hubungan baik kita pada saudara muslim lainnya. Seperti waktu, perhatikan apakah kita meminta banyak waktunya atau tidak, kalo iya apabila jika kita berusaha sendiri kalo perlu membalas dengan kebaikan yang lebih besar lagi. Karena waktu merupakan harta yang tidak dapat di kembalikan pada seseorang.

Tidak hanya itu kita juga harus memperhatikan intensitas dalam meminta bantuan karena meminta bantuan sesekali memang masih membuat seseorang yang dimintai bantuan tersenyum atau melakukanya dengan senang hati. Akan tetapi jika berlangsung terus menerus tiap hari ataupun jadi rutinitas si pemberi bantuan ini yang mesti dihindari. Karena hal ini dapat menyebabkan sesuatu yang menjadi ladang kebaikan pada si pemberi bantuan malah menjadi sebuah kezoliman untuknya.